Jumat, 13 April 2012

ciri organisasi

4 ciri organisasi

ORGANISASI
Suatu hari beberapa tahun lalu, saya berkesempatan mengikuti acara ‘bedah organisasi’, untuk melihat sejauh mana perkembangan organisasi kami.  Kegiatan itu merupakan upaya evaluasi secara internal, untuk melihat sejauh mana perjalanan organisasi dalam berbagai aspek.
Agar hasil evaluasinya lebih obyektif, kami mengundang ‘pihak luar’ sebagai fasilitator.  Fasilitator mencoba menggali berbagai informasi lewat berbagai teknik, yang kesemuanya mengedepankan prinsip partisipatif.
Setelah berbagai informasi didapat, lalu  fasilitator mengajak kami mengelompokkan hasilnya, sekaligus sebagai kesimpulan situasi-kondisi (posisi) organisasi kami saat itu.  Hasil pengelompokan tersebut ternyata merupakan elemen indikator sehat-tidaknya suatu organisasi.
Keempat indikator itu akan saya tuliskan dalam bentuk kalimat tanya, yang perlu dijawab oleh yang ingin menggunakannya.
Pertama, Apakah organisasi Anda merupakan organisasi yang Belajar ?
Kedua, Apakah Organisasi Anda merupakan organisasi yang Produktif ?
Ketiga, Apakah Organisasi Anda merupakan organisasi yang Bermain/Gembira ?
dan terakhir Apakah Organisasi Anda merupakan organisasi yang Peduli ?
Saya coba tulis ulang keempat ciri atau indikator di atas berdasar interpretasi saya.
Organisasi, secara dinamis dipandang sebagai suatu ‘makhluk hidup’.  Ada interaksi antar elemen, dalam hal ini manusia-manusia yang mengisi fungsi-fungsi organisasi.  Organisasi tentu memiliki tujuan (visi) dan untuk itu memilih jalan untuk mencapainya (misi).
Upaya pencapaian tujuan suatu organisasi, baik organisasi profit maupun non-profit, tentu tidak mudah, dan memiliki berbagai tantangan atau kesulitan.  Apalagi dijaman global ini, terkadang organisasi lokal di pelosok Sumatera dapat terkena imbas oleh kejadian yang beberapa hari lalu ‘meletus’ di negara lain.  Contohnya, beberapa deal bisnis dengan perusahaan maupun bantuan dari NGO Jepang  terpaksa dibatalkan karena terjadi Tsunami yang melanda Jepang beberapa saat yang lalu.  Untuk menghindari berbagai resiko seperti ilustrasi di atas, atau dalam konteks lain agar peluang-peluang yang meguntungkan bagi pencapaian visi organisasi tidak terbang atau dicaplok organisasi lain, maka organisasi kita mesti terus belajar.   Inti dari belajar, adalah agar kapasitas organisasi mengingkat, terutama kemampuannya untuk menghadapi berbagai situasi eksternal.  Keliatan organisasi inilah yang menentukan kemampuan adaptasi, sekaligus memanfaatkan situasi demi pencapaian visinya.  Jika tidak mampu beradaptasi dengan benar dan cepat, sebesar apapun organisasi kita maka tinggal menunggu waktu saja, ia akan menjadi makhluk purba sejenis dinosaurus.  Si besar yang lamban beradaptasi, akhirnya punah.
Hasil belajar organisasi perlu diuji dengan pertanyaan: Sejauh mana organisasiproduktif, yakni seberapa banyak / besar / dampak yang dihasilkan dari proses pembelajaran yang telah dilakukan ? Analogi yang paling mudah adalah belajar berenang.  Setelah mendengar penjelasan guru olahraga / guru privat renang, tidak otomatis kita bisa berenang, perlu terjun ke kolam renang alias praktek.  Apa artinya hafal teori berenang, teori bisnis, namun secara praktek tenggelam di kolam, atau bangkrut usahanya ? Pengukuran produktivitas organisasi bisa dalam bentuk kualitatif, namun sebaiknya dalam bentuk kuantitatif.  Misalnya, pada saat perencanaan usaha ditetapkan pertumbuhan modal Rp. 100 selama 6 bulan menjadi Rp. 350 (atau 350%); Pengalihan penggunaan pupuk sintetis menjadi pupuk organik sebesar 50% dari total luasan lahan, dan sebagainya.
Salah satu yang membuat organisasi mampu menerapkan pengetahuannya (hasil pembelajarannya) menjadi bentuk produktivitas adalah pola koordinasi dan komunikasi yang cair (bisa dikatakan 70% informal - 30% formal), suasana yang fun, santai tapi serius; fun tapi produktif; .  Saya percaya poin ini yang pada akhirnya membedakan pencapaian organisasi yang maju dan produktif semacam General Electric, dengan isntitusi semacam Pemerintah kita yang birokratis.  Apa yang bisa diharapkan dari ‘prinsip-penjajah’:  “kalau bisa dipersulit kenapa dibiarkan mudah” ?
Keempat, setelah organisasi kita jadi organisasi pembelajar, suasananya menyenangkan atau fun, kinerjanya cukup produktif , diharapkan organisasi kita dapat naik level ke organisasi yang Peduli.  Mungkin pertanyaan perenungannya begini:
  • apa gunanya menjadi organisasi maju, besar, sukses, jaya, namun tidak mampu memberi manfaat sosial kepada sekitarnya ?
  • apa gunanya hebat tiada tara  jika tidak mampu membuat kehidupan ini berjalan lebih baik dan benar ?
Maka idealnya seharusnya poin ini sejak awal turut masuk dalam penetapan  visi/misi organisasi.

Adapun ciri-ciri dari organisasi adalah 
- Adanya komponen ( atasan dan bawahan) 
- Adanya kerja sama (cooperative yang berstruktur dari sekelompok orang) 
- Adanya tujuan 
- Adanya sasaran 
- Adanya keterikatan format dan tata tertib yang harus ditaati 
- Adanya pendelegasian wewenang dan koordinasi tugas-tugas 

Menyangkut hal itu pengertian organisasi juga merupakan sekumpulan orang-orang yang disusun dalam kelompok-kelompok, yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, Organisasi adalah system kerjasama antara dua orang atau lebih, atau organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk pencapaian tujuan bersama, organisasi adalah struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.
Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/1931283-ciri-ciri-organisasi/#ixzz1rvga5EQq

Ilmu organisasi merupakan ilmu yang penting dimiliki, karena dalam kehidupan kita tidak lepas dari organisasi. Di mulai dari lingkungan yang sederhana dari keluarga, hingga struktur yang rumit seperti organisasi pemerintahan.
Adapun ciri-ciri organisasi:
– Mempunyai tujuan & sasaran
– Mempunyai keterikatan format dan tata tertib yang harus ditaati
– Adanya kerja sama dari sekelompok orang
– Mempunyai koordinasi tugas dan wewenang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar